Wahyudi Isnan

Hutan Bambu Rakyat

Sumber:http://wahyudiisnan.blogspot.com/05 Agustus 2008 

Kekayaan hasil hutan bukan kayu (hhbk) merupakan bagian dari kekayaan sumber daya hutan di Indonesia dapat menjadi salah satu alternatif pengurangan penggunaan kayu di hutan yang semakin terbatas keberadaannya. Bambu salah satu diantaranya, saat ini sangat berkembang penggunaannya. Pada awalnya hanya sebagai perlengkapan rumah tangga, kini makin berkembang menjadi berbagai macam keperluan industri, sehingga bagi masyarakat di pedesaan dikategorikan sebagai penujang utama perekonomian mereka.

Suatu hal yang menguntungkan dari menanam bambu adalah penanaman cukup dilakukan sekali saja, mudah tumbuh pada habitat yang sesuai dan selanjutnya tinggal memanen saja. Dalam pertumbuhannya tentunya tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan yang sesuai sehingga dengan demikian faktor-faktor lingkungan penting untuk diketahui agar dapat berproduksi secara optimal.

Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman bambu rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan tindakan pembudidayaan. Soendjoto (1997) menyatakan bahwa salah satu bentuk penurunan, pengrusakan dan pemusnahan ragam hayati adalah pemanenan tanpa upaya budidaya, penebangan dan mengintroduksi jenis baru. Belum membudayanya usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan karena tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada lahan-lahan rakyat nampaknya masih dianggap cukup. Selain itu informasi dan pengetahuan tentang budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang demikian pula pengenalan terhadap jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan suatu sarana pengembangan tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis yang umumnya telah digunakan maupun yang belum dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak manfaat.

1. Kondisi Tempat Tumbuh

Topografi

Tanaman bambu dijumpai tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian tempat, namun pada tempat-tempat yang lembab atau pada tempat yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti ditepi sungai, ditebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal dimana jumlah rumpun sudah dapat mecapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm.

Secara umum di lokasi pengembangan bambu bentuk topografi mulai dari berombak sampai bergunung. Satuan topografi mulai dari berombak sampai bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3 – 8%, bergelombang 9 – 15% dan bergunung > 30%.

Iklim

Umumnya tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik dan tersebar dimana-mana, walaupun dalam pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Unsur-unsur iklim meliputi sinar matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban. Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dimana sinar matahari dapat langsung memasuki celah-celah rumpun sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar, selain itu juga dapat mencegah tumbuhnya cendawan yang akan mengganggu kesuburan tanaman bambu dan dapat berakibat merubah warna bambu tersebut menjadi kurang baik.

Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah bersuhu 8,8 – 36°C. Type iklim mulai dari A, B, C, D sampai E (mulai dari iklim basah sampai kering), semakin basah type iklim makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh. Ini disebabkan karena tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air yaitu curah hujan minimal 1020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76%.

Tanah

Jenis tanah di lokasi praktek mulai dari tanah berat sampai ringan dan mulai dari tanah subur sampai kurang subur. Karena topografi lokasi peta bergelombang sampai berbukit, maka lembah merupakan tempat yang subur, sedangkan pada bagian-bagian bukit yang didominasi oleh pasir yang rata-rata kandungan haranya sangat rendah menyebabkan pada bagian ini kurang subur. Sifat fisik tanah pada lokasi praktek dengan pH 5,11 dan memiliki kandungan unsur hara makro (N dan K) dalam kondisi rata-rata rendah sedangkan P yang tersedia dalam keadaan cukup sedangkan kandungan bahan organik tanah juga sangat rendah yang rata-rata 1,81 %. Rata-rata suhu pada siang hari waktu musim penghujan adalah 21°C dengan kelembaban mencapai 75,1 % sedangkan pada musim kemarau rata-rata suhu pada siang hari dapat mencapai 25,83°C dan kelembaban udara rata 61 %.

2. Pemanfaatan Bambu

Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya.

A. Akar

Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir. Tak heran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Dengan demikian bambu mempunyai arti yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup.

Akar tanaman bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur.

B. Batang

Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari. Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Namun, ada juga jenis bambu yang dapat dan tidak dapat dimanfaatkan.

Berikut ini diuraikan beberapa jenis bambu yang mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi.

1. Bambu Apus (Gigantochloa apus)

Batang bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang, kuat, dan lentur. Ada juga yang menggunakannya untuk alat musik.

2. Bambu Ater (Gigantochloa atter)

Batang bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan dan ada juga yang menggunakan untuk alat musik.

3. Bambu Andong (Gigantochloa verticillata/ Gigantochloa pseudo arundinacea)

Batang bambu andong banyak digunakan untuk bahan bangunan, chopstick, dan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan.

4. Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam, (gedek atau bilik), dan berbgai jenis barang kerajinan.

5. Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)

Bambu kuning dapat dimanfaatkan untuk mebel, bahan pembuat kertas, untuk kerajinan tangan dan dapatditanam di halaman rumah karena cukup menarik sebagai tanaman hias serta untuk obat penyakit kuning atau lever.

6. Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea)

Bambu hitam sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang, atau calung dan dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan.

7. Bambu Talang (Schizostachyum brachycladum)

Bambu talang banyak digunakan untuk bahan atap, dinding, dan lantai rumah adat Toraja. Selain itu bambu talang juga digunakan untuk rakit, tempat air, dan bahan kerajinan tangan seperti ukiran dan anyaman.

8. Bambu Tutul (Bambusa vulgaris)

Bambu tutul banyak digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti tirai, meja, kursi, dinding, dan lantai rumah, serta untuk kerajinan tangan.

9. Bambu Cendani (Bambusa multiplex)

Batang bambu cendani dapat digunakan untuk tangkai payung, pipa rokok, kerajinan tangan seperti tempat lampu, vas bunga, rak buku, dan berbagi mebel dari bambu.

10. Bambu Cangkoreh (Dinochloa scandens)

Bambu cangkoreh dapat digunakan untuk anyaman atau tempat jemuran tembakau dan untuk obat misalnya obat tetes mata dan obat cacing.

11. Bambu Perling (Schizostachyum zollingeri);

Batang bambu perling dapat digunakan untuk membuat dinding, tali, tirai, dan alat memancing.

12. Bambu Tamiang (Schizostachyum blumei)

Bambu tamiang paling cocok digunakan untuk sumpit, suling, alat memancing, dan kerajinan tangan.

13. Bambu Loleba (Bambusa atra)

Bambu loleba dapat digunakan untuk dinding rumah, tali tongkat, bahan anyaman dan sebagai tanaman hias.

14. Bambu Batu (Dendrocalamus strictus)

Batang bambu batu sangat kuat dan dapat digunakan untuk bahan baku kertas dan untuk bahan anyaman.

15. Bambu Belangke (Gigantochloa pruriens)

Jenis bambu dengan batang lurus, kuat, dan ringan ini banyak digunakan sebagai galah untuk panen kelapa sawit, selain itu juga untuk bahan bangunan.

16. Bambu Sian (Thyrsostachys siamensisi)

Bambu ini baik digunakan untuk tangkai payung, dan sebagai tanaman hias karena rumpunnya mempunyai tajuk melebar dengan daun kecil-kecil yang banyak.

17. Bambu Jepang (Arundinaria japonica)

Bambu jepang banyak digunakan sebagai tanaman hias.

18. Bambu Gendang (Bambusa ventricosa);

Karena bentuk batangnya yang unik dan cukup menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.

19. Bambu Bali (Schizostachyum brachycladum);

Oleh karena penampilan tanamannya unik dan menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.

20. Bambu Pagar (Bambusa glaucescens);

Bambu ini juga menarik sebagai tanaman hias yang dipangkas dengan berbagai bentuk.

Pembagian berdasarkan penggunaan akhir ke dalam konstruksi dan non konstruksi disebabkan oleh banyaknya penggunaan bambu di bidang konstruksi. Di Indonesia sekitar 80 % batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi. Selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas, serta keperluan lainnya.

C. Daun

Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu di dalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mangandung zat yang bersifat mendinginkan. Dengan demikian panas dalam dapat dengan mudah dihalau.

Daun bambu muda yang tumbuh diujung cabang dan berbentuk runcing juga sering digunakan sebagai obat. Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Dalam perkembangan terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi. Untuk lumpuh badan sebelah ini obat yang terbaik pada saat sekarang adalah ramuan bambu yang digabungkan dengan benalu. Bagi penyakit yang belum begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat sembuh.

D. Rebung

Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya. Umumnya rebung masih diselubungi oleh pelepah buluh yang ditutupi oleh miang. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak membulat, terdiri dari batang-batang yang masif dan pendek. Pada umumnya rebung diselebungi oleh pelepah buluh hingga mencapai tinggi sekitar 30 cm. Selanjutnya pelepah buluh tersebut pada jenis bambu tertentu akan gugur.

Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya ada yang pahit. Rebung bambu dari Indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan, dan RRC. Hal ini dibuktikan oleh permintaan ekspor dari negara tersebut yang banyak tetapi belum dapat dipenuhi.

E. Tanaman Hias

Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan untuk pot.

Bambu hias sekarang ini tengah banyak dicari konsumen. Alasannya penampilan tanaman bambu unik dan menawan. Tak heran jika bambu pun banyak ditanam sebagai elemen taman. Apalagi makin disukainya taman bergaya jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu sebagai salah satu daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain bambu kuning, bambu cendani, bambu sian, bambu macan, bambu jepang, bambu perling, bambu talang, bambu uncue, bambu loleba, dan lain-lain.

Untuk pemanfaatan di halaman pekarangan yang luas jenis bambu besar bisa digunakan, misalnya bambu tutul, bambu ampel yang berwarna hijau mengkilap, bambu ater, bambu hitam, bambu nigra (Phyllostachys nigra), dan bambu berlekuk (Bambusa ventricosa). Untuk pekarangan yang terbatas dapat digunakan jenis kecil, yaitu bambu pagar, bambu uncue (P. aurea), bambu jepang, bambu nigra; jenis kerdil yaitu bambu pagar varietas elegans, dan bambu Phylostachys sp; jenis bambu yang dapat dipangkas atau dibentuk yaitu bambu pagar, bambu T. siamensis, dan bambu ampel. Untuk ditanam di dalam pot dapat digunakan jenis bambu pagar, bambu berlekuk, bambu ampel, bambu T. siamensis, bambu talang janis kuning, bambu uncue, dan bambu jepang.

3. Pengelolaan Bambu

Bambu hidupnya merumpun, seperti halnya tanaman tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada ruas-ruas ini pula dapat tumbuh akar, sehingga memungkinkan bambu untuk memperbanyak dirinya dengan tunas-tunas akar rimpangnya. Perbanyakan tanaman bambu dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu dengan melalui biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif antara lain dengan stek batang, stek cabang atau stek rhizom. Selain itu ada cara cepat penyediaan bibit bambu dengan teknik kultur jaringan .

A. Stek Batang dan Stek Cabang

Buku batang dan buku cabang merupakan sumber potensial untuk menghasilkan tunas dan akar. Oleh karena itu kedua bahan tersebut baik sekali dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan tanaman.

Bahan bibit untuk stek batang dipilih yang berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian bawah sampai tengah batang yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah itu dipotong-potong sekitar 10 cm dari bawah dan atas buku yang terdapat tunas, dengan demikian diperoleh bahan stek batang yang berukuran 20 cm. Selanjutnya stek batang tersebut disemaikan dengan cara ditancapkan pada guludan sehingga bagian mata tunas atau tunas tertutup tanah.

Bahan bibit yang berasal dari stek cabang dipilih dari cabang pada batang induk yang berumur sekitar 3 tahun. Cabang itu lalu dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang, setelah itu bagian ujungnya dipotong sehingga diperoleh panjang stek cabang kira-kira 75 cm (3 – 4 ruas cabang). Stek tersebut lalu ditancapkan pada kantong plastik yang telah disiapkan.

Adapun keuntungan perbanyakan menggunakan stek batang atau cabang antara lain

a) Bahan bibit yang didapat lebih banyak,
b) Bibit dapat diperoleh dengan mudah dan murah,
c) Tidak merusak rumput yang tinggal,
d) Waktu mengambilkan akan lebih cepat,
e) Kebutuhan bibit untuk areal yang luas lebih memungkinkan, dan
f) Pembentukan rumput lebih cepat.

Adapun kerugian dari cara perbanyakan ini antara lain daya tumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan rimpang, kurang bahan terdapat kekeringan, terbatas untuk jenis-jenis tertentu, dan resiko kegagalan cukup besar. Daya tumbuh tunas stek rendah karena dalam ruas stek tidak tersedia cadangan makanan yang cukup. Rata-rata daya tumbuh stek batang di lapangan umumnya kurang dari 40%. Akan tetapi dengan perlakuan khusus di persemaian daya tumbuh stek batang bambu tutul (B. vulgaris) dapat meningkat menjadi 85% dan bambu ater (G. atter) menjadi 60%.

B. Stek rhizom

Rhizom atau rimpang adalah akar-akar yang mampu memberikan pertumbuhan tunas sebagai calon batang muda. Perbanyakan dengan stek rhizom sudah biasa dilakukan dibandingkan dengan stek batang atau cabang. Stek ini tidak perlu disemaikan terlebih dulu karena ukurannya relatif besar, kecuali untuk jenis bambu yang ukuran batangnya kecil.

Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan batang bambu yang rhizomnya bisa digunakan untuk bibit.gunakan batang bambu yang berumur sekitar 2 tahun. Hal ini dimaksud untuk mengatasi terjadinya kekeringan pada waktu di lapangan yang sering terjadi bila menggunakan bibit dari batang muda.
Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stek rhizom sebagai berikut:

a) Pada Rhizom harus ada beberapa kuncup tidur
b) Bibit harus diambil secara hati-hati jangan sampai rusak
c) Pengumpulan bibit dilakukan sebelum pembentukan rebung-rebung baru
d) Pengambilan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman
e) Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam keadaan lembab.

Setelah ditentukan batang yang rhizomnya akan digunakan untuk bibit, dilakukan pemotongan pada buku ke 3 – 4 atau sekitar 100 cm dari bawah. Setelah itu rhizom digali dan dipisahkan dari induk rhizom. Stek rhizom yang diperoleh dibersihkan dari akar-akar serabut dengan cara dipotong dan ditempatkan pada air mengalir untuk merangsang munculnya akar-akar baru. Sebaiknya pengambilan stek rhizom ini dilakukan pada musim hujan.

Perbanyakan tanaman dengan stek rhizom banyak dilakukan masyarakat. Dengan cara ini bibit bambu tumbuh lebih cepat dan lebih kuat, karena pada akar rimpang banyak mengandung bahan makanan dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas. Akan tetapi cara perbanyakan ini ada juga kekurangannya karena tidak praktis, rhizom harus didongkel dan dipisahkan dari tanaman induknya, volumenya besar, di samping itu berat untuk ditangani dan diangkut. Ketersediaan rhizom yang terbatas ini menjadi kendala untuk digunakan sebagai bibit dalam skala yang besar.

C. Kultur Jaringan

Penanaman bambu dalam skala yang luas memerlukan penyediaan bibit dalam jumlah besar dan cepat. Masalahnya bibit yang diperoleh melalui biji, stek batang, dan rhizom masih terbatas. Untuk mengatasi kendala pengadaan bibit itu Puslitbang Bioteknologi LIPI telah melakukan percobaan perbanyakan bambu dengan kultur jaringan.

Kultur jaringan adalah teknik untuk mengisolasi dan menumbuhkan bagian-bagian tanaman (bisa berupa protoplas, sel, kelompok sel, atau organ) pada media buatan yang aseptik dan mengandung semua unsur hara dalam wadah tembus pandang. Perbanyakan bambu dengan kultur jaringan dapat dilakukan dengan biji, bisa juga dengan tunas muda. Dengan teknik kultur jaringan dapat dihasilkan lebih dari 50 tunas bambu dalam 1 botol kecil dalam waktu kurang lebih 2 bulan.

D. Persemaian

Tempat persemaian untuk stek batang yang berdiameter lebih besar tidak sama dengan untuk stek cabang yang berdiameter lebih kecil. Pada persemaian stek batang dibuatkan guludan yang tanahnya sudah digemburkan dan diberi atap persemaian dari plastik setinggi 150 cm. Lebar guludan kira-kira 100 cm, tinggi 40 cm, dan panjangnya tergantung dari kebutuhan. Untuk persemaian stek cabang persiapannya seperti pada pembibitan dengan biji, yakni menggunakan kantong plastik berukuran 15 x 25 cm, lalu disusun rapi dan diberi atap.

Pembuatan persemaian bibit hendaknya dimulai pada musim hujan, karena tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat membantu pertumbuhan tunas. Pemindahan anakan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur 1 tahun.

E. Penanaman

Membudidayakan bambu tidaklah sulit. Cara penanaman bambu untuk diambil rebungnya sama saja dengan tanaman yang akan diambil batangnya. Penanaman bambu sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Sebelum penanaman hendaknya disiapkan terlebih dahulu tanah yang akan ditanami.

1. Persiapan Tanaman

Penanaman bambu bisa dilakukan di kebun, tanah yang terlantar, tepi-tepi sungai, atau di pekarangan. Sebelum penanaman dilakukan pembukaan lahan, lahan dibersihkan dari semak belukar, bebatuan, atau kotoran lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan tanah. Bila penanaman akan dilakukan pada tanah yang miring sebaiknya dibuat teras-teras dahulu.

Setelah lahan dibersihkan dilakukan penentuan jarak tanaman. Dengan pengukuran ditentukan titik-titik penanaman yang kemudian ditandai dengan ajir. Penanaman sebaiknya dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan agar tanaman memperoleh makanan, sinar matahari, angin, dan udara yang cukup. Jarak tanaman dibuat berukuran 5 x 5 m, 4 x 4 m atau 3 x 3 m tergantung jenis bambu. Makin besar ukuran batang dalam rumpun, jaraknya makin lebar seperti bambu betung.

Selanjutnya tanah pada ajir-ajir tersebut digali dan dibuat lubang tanam. Ukuran lubang 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm. Tanah galian diletakkan dikiri-kanan lubang dan selanjutnya diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 kg. Campuran tersebut lalu diaduk dengan tanah dan dibiarkan selama 2 minggu. Selanjutnya ajir dipasang kembali di tengah lubang tanam untuk memudahkan pengenalan tempat tanam.

2. Cara Penanaman

Bibit yang akan digunakan sebaiknya dalam keadaan segar. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi tunas atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun tanah. Pada saat tanam tambahkan pula pupuk buatan yaitu Urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 3 : 2 : 1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk diberikan melingkari tanaman karena rumpun akan tumbuh di sekeliling tanaman induknya. Setelah itu tanah di sekitar bibit dipadatkan dan ditinggikan sekitar 5 – 10 cm.

F. Pemeliharaan

Tanaman bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan. Meskipun demikian pemeliharaan tanaman bambu tidak intensif, sehingga tidak terlalu merepotkan pemiliknya. Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara lain meliputi pemangkasan, penyiangan, pembumbunan, dan pemupukan.

Pemangkasan;

Pemangkasan pada tanaman bambu dilakukan dengan memotong cabang-cabang bawah setinggi 2 – 3 m. Cabang-cabang yang dikurangi akan membuat aliran zat makanan lebih terkonsentrasi ke batang utama. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh batang bambu yang diameternya lebih besar dan berkualitas baik. Pemangkasan dapat pula membantu aliran udara atau kondisi aerasi menjadi lebih baik, sehingga mengurangi gangguan hama atau penyakit. Hal ini juga bertujuan untuk menstimulasi pertumbuhan rebung. Pada tanaman bambu yang dipangkas selain rebung rajin muncul biasanya ukurannya pun lebih besar. Pemangkasan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.

1. Penyiangan

Dalam penanaman bambu kondisi lingkungan yang harus dikendalikan adalah kelembaban tanah. Tanaman bambu perlu disiangi agar bebas dari gulma atau tanaman lain yang mengganggu. Lakukan penyiangan dengan mencabuti rerumputan disekitar pokok utama. Kotoran-kotoran yang sering tersangkut di pokok bambu berupa bagian tanaman mati, sampah, sarang binatang, atau apa saja sebaiknya dibersihkan.

2. Pemupukan;

Seperti tanaman yang lain, bambu juga perlu diberi pupuk. Pemupukan ini berguna untuk meningkatkan jumlah batang dan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan yang pasti karena berapa pun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman bambu. Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara, sedangkan unsur yang dikembalikan ke tanah relatif kecil.

Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Sebelum pemupukan, tanah di sekitar rumpun digemburkan dan digali terlabih dahulu. Selanjutnya pupuk ditaburkan merata melingkari rumpun lalu tanah dirapikan kembali.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman bambu sering juga mengalami gangguan hama penyakit. Namun, serangan ini biasanya kurang diperhatikan karena dapat dikatakan belum terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman. Jenis gangguan yang sering dialami tanaman bambu adalah hama uret, kumbang, bubuk atau hama dan rayap.

Khusus untuk kumbang bubuk, tidak semua jenis bambu disukainya. Sebenarnya yang disukai oleh hama ini adalah zat pati yang terdapat dalam jaringan serat bambu. Setiap jenis bambu memiliki kandungan pati yang berbeda-beda. Sebagai contoh bambu ampel lebih disukai hama bubuk karena kandungan patinya lebih tinggi daripada bambu betung, bambu wulung, atau bambu apus.

Kandungan pati umumnya tergantung musim, kandungan tertinggi ialah pada saat rebung muncul. Setelah itu kandungan pati akan turun setelah rebung tumbuh. Pada umur 1 dan 2 tahun kandungan zat pati bambu tinggi. Pada umur lebih tua kandungannya lebih renda, biasanya serangan kumbang bubuk lebih banyak dijumpai pada saat rebung muncul dan tanaman masih berumur sekitar 1 – 2 tahun. Meskipun demikian, batang bambu yang sudah dipanenpun masih kemungkinan diserang.

Kumbang bubuk berupa hama perusak yang paling berbahaya bagi tanaman bambu. Jenisnya pun cukup banyak. Ada Dinoderus minutus, D. brevis, Conarthrus filiformis, C. praeustus, Tillus notatus, dan Myocalandra exarata.

Hama ini menggerek sambil memakan jaringan bambu. Pengerekan dilakukan pada bekas potongan melintang batang, dinding bambu bagian dalam, atau bagian bambu yang pecah dan terluka. Luka pada batang ini dapat terjadi karena pemotongan cabang, pembelahan bambu, atau penghalusan ruas. Kotoran serangga ini berupa serbuk dan diangkut sendiri keluar dari batangbambu. Lama kelamaan batang abmbu akan berubah menjadi serbuk atau bubuk. Hal ini pula yang mendasari pemberian namakumbang bubuk pada hama penggerek ini.

Petani biasanya tidak melakukan tindakan khusus terhadap hama tersebut karena serangan yang ditemui relatif jarang. Seandainya serangan hama tersebut ditemui biasanya hanya dilakukan tindakan manual yakni membunuh serangga pengganggu yang ditemui.

Untuk serangan penyakit, biasanya tanaman bambu yang tumbuh di Indonesia tidak mempermasalahkan ini. Namun, bisa jadi di masa mendatang beberapa penyakit dapat menimbulkan gejala yang berbahaya terhadap tanaman bambu sehingga hal ini perlu diantisipasi.

Tindakan preventif dengan menjaga kebersihan dan kelembaban secara tidak berlebihan di sekitar rumpun bambu amatlah baik unutk pertumbuhan tanaman.

Daftar Pustaka

Haryoto, 1996. Membuat Kursi Bambu. Kanisisus. Yogyakarta.

Nur Berlian, V.A. dan E. Rahayu. 1995. Budidaya dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soendjoto, M.A. 1997. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Uji Coba Balai Teknologi Reboisasi Banjar Baru. Upaya Peningkatan Mutu dan Produktifitas Hutan Menuju Pengelolaan Hutan Lestari. BTR Banjarbaru, Kal – Sel.

Widjaja, E.A. 1985. Bamboo research in Indonesia, in Lissard and A Chouinard (eds). Bamboo Research in Asia Proceedings of a Workshop held in Singapura. IDRC and IUFRO.

3 Responses to “Wahyudi Isnan”

  1. lintang Says:

    Request foto2nya donk,

  2. christin Says:

    minta info untuk lokasi penghasil bambu ya

  3. yuliyanto Says:

    pak ada info di mana yg jual bambu tonkin dr china..hubungi saya kalo ad 0888 271 6986 trimakasih

Leave a reply to christin Cancel reply