Jatnika Nanggamiharja

Jatnika, arsitek rumah bambu dari Cibinong

Oleh: Herry Suhendra

Sumber:  http://bisnis-jabar.com/ 6 Maret  2011   

Jangan anggap enteng bambu. Kelihatannya kurang berharga dan kedengarannya sepele. Akan tetapi di Indonesia yang sering dilanda gempa, rumah dari bambu sangat bermanfaat karena tahan gempa.

Bila terjadi gempa, tiang-tiang bambu itu akan ‘bermain’ mengikuti guncangan gempa, dindingnya tak akan retak, apalagi rumah bambu yang tradisional murni atau yang keseluruhannya terbuat dari bambu.
Rumah bambu memang mampu meredam gempa karena sifat bahannya yang ringan, juga struktur sambungannya yang tidak kaku.

Bagaimana desain atau membuat rumah bambu? Serahkan saja kepada pakar bambu Jatnika di Cibinong.

“Indonesia ini rawan gempa. Untuk mereka yang tinggal di perkotaan dengan rumah tembok, bila ada sisa tanah di belakang rumah bisa dibangun rumah bambu sebagai rumah kedua. Banyak kelebihan dari rumah bambu,” kata Jatnika.

Dinding rumah bambu lebih memungkinkan terjadinya sirkulasi udara. Hal itu disebabkan oleh terdapat celah-celah pada dinding rumah bambu, meskipun kelihatan tertutup rapat. Rumah bambu mempunyai daya lentur sehingga meski sudah tua, rumah bambu tak akan roboh sekaligus.

Bagaimana daya tahannya? Di Bekasi ada rumah buatan Jatnika sudah 27 tahun masih bagus. Bahkan ada rumah bambu di Bali usianya 125 tahun, begitu juga di Gunung Salak ada rumah yang sudah lebih dari 100 tahun.

“Saya kasih garansi rata-rata buatan saya di atas 20 tahun dan antigempa,” tantang Jatnika.

Duduk di rumah yang terbuat dari bambu, dikelilingi hutan bambu di atas lahan 11,5 hektare di Cibinong, Bogor, terasa nyaman.
Di sinilah tempat tinggal pakar bambu Jatnika yang sekaligus sebagai kantor Yayasan Bambu Indonesia.
Lelaki kelahiran Cibadak 2 Oktober 1956 ini sejak menjadi siswa sekolah dasar, sudah menjadi tukang anyam-anyaman bambu di Pasir Kolotok, Cibadak, Sukabumi .

“Sepuluh tahun saya berjuang karena masyarakat belum mengenal rumah bambu. Pada 1994-1995 ikut pameran di lapangan Banteng Jakarta, pada 1995 sampai 1997 rumah bambu mulai dikenal baik,” tuturnya.
Di Yayasan Bambu Indonesia ini ada 42 spesies bambu. Kegiatan di sini adalah budi daya bambu dan museum bambu (tanamannya jadi museum), serta perajin.

Untuk membangun satu rumah bambu dengan ukuran 30 meter persegi (paling kecil) dibutuhkan lima tenaga kerja, kalau di atas 50 meter persegi dikerjakan 10 orang, rata-rata selesai 2 bulan. Berapa harganya?

“Untuk semi permanen per meter Rp1,5 juta sudah jadi semua, tembok, atap, kamar mandi, intalasi air, keran, lengkap kecuali listrik. Tinggal terima kunci. Bandingkan saja sekarang membuat rumah batako per meter bisa Rp3,5 juta,” kata Jatnika yang sanpai saat ini sudah membangun sedikitnya 3.000 rumah bambu di berbagai kota di Indonesia termasuk di Malaysia.

Ada empat model rumah bambu yang ditawarkan. Dari keempat model tersebut, kata Jatnika, harganya pun berbeda. Untuk model berasitektur tradisional yang berciri khas panggung Jatnika memberikan harga Rp900.000 /m2, model standar Rp1,2 juta/m2, semi permanen Rp1,5 juta/m2 dan model termahal adalah yang berarsitektur koleksi yaitu Rp1,8 juta/m2.

Empat jenis

Untuk membuat satu rumah, dibutuhkan empat jenis bambu yaitu bitung, gombong, bambu tali, dan bambu hitam. Bambu hitam biasanya untuk dekorasi, yang paling banyak betung, bambu tali dan gombong.

Khusus untuk rumah bambu koleksi, digunakan 17 jenis bambu antara lain gombong, bitung, bambu tali, bambu hitam, bitung hitam, bambu tutul. Lama pengerjaan 6 bulan.

Jatnika menggunakan tali dari ijuk untuk menyambung antarbambu. “Konstruksinya diikat,” katanya. Untuk menjamin kekuatan bambu, dua hal wajib diperhatikan yaitu waktu tebang bambu dan teknik pengawetan.

Dalam pengerjaannya Jatnika tetap mempertahankan sisi kekhasan dari rumah bambu yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. “Rumah bambu yang saya rancang, tidak sepenuhnya saya modifikasi modern. Saya tetap melestarikan ciri khas yang ada, dengan mempertahankan gaya asli arsitektur dari Jawa Barat. Salah satunya adalah teknik mengikat,” tuturnya lembut. (Roberto Purba)

Jatnika, Pendekar Bambu Cimande

Oleh:   Mawar Kusuma

 Sumber: http://bola.kompas.com/  12 April 2011 

Tumbuh dan besar di hutan bambu, hidup Jatnika Nanggamiharja (54) tak terpisahkan dari tanaman itu. Ia telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu di dalam dan luar negeri. Ia sisihkan keuntungan bisnisnya untuk penghijauan tebing sungai.

Di lahan seluas 5.000 meter persegi milik Yayasan Bambu Indonesia di Bumi Cibinong Indah, Bogor, Jawa Barat, Jatnika melatih tenaga ahli pembuatan rumah bambu. Mereka dibekali kemampuan olahraga bela diri

pencak silat Cimande. Ilmu bela diri khas Jawa Barat ini memberi bekal kekuatan sehingga mereka mampu membangun rumah bambu yang ikatannya kuat dan tahan lama.

Jatnika telah melatih lebih dari 20 angkatan tenaga ahli bambu yang masing-masing terdiri atas 25 orang. Mereka dilatih untuk mampu mengikat kuat setiap bambu dengan sepuluh macam ikatan tali ijuk. Mereka sanggup merakit bambu betung, bambu gombong, bambu tali, hingga bambu hitam yang diameternya bisa mencapai 20 sentimeter.

Produk rumah bambu itu menjadi komoditas ekspor. Demi kualitas, Jatnika hanya menyanggupi dua permintaan ekspor rakitan rumah bambu knock down (bongkar pasang) per tahun. Proses pembangunan rumah bambu di luar negeri juga hanya dilakukan dengan tenaga ahli yang sudah dididik Jatnika. Permintaan ekspor rumah bambu, antara lain berasal dari Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi.

Pembangunan tiap rumah bambu biasanya memakan waktu tiga bulan. Sejak tahun 1985, kata Jatnika, pihaknya telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu.

Jatnika mematok biaya pembangunan rumah antara Rp 1,2 juta hingga Rp 2,5 juta per meter persegi dan luas satu rumah rata-rata 50 meter persegi.

Jatnika hidup sederhana di rumah bambu miliknya yang menyatu dengan kawasan Yayasan Bambu Indonesia. Keuntungan yang diperolehnya dari pembangunan rumah bambu juga dimanfaatkan untuk pengadaan bibit, yang kemudian ditanam sebagai upaya penghijauan. ”Saya sebar kembali untuk penanaman. Kebahagiaan tidak selamanya terletak di materi,” kata Jatnika.

Penghijauan terutama dilakukan di sekitar sungai sebagai penahan tebing. Bambu yang ditanamnya sudah merimbun di bantaran Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Ciluwer. Di kampung halamannya, Jatnika menanam lebih dari 10 hektar bambu di tepian sungai Cimande. Tanaman bambu tersebut tak sekadar mencegah erosi sungai, tapi juga memberi kesejahteraan bagi warga sekitar.

Selain rumah, Jatnika juga membangun pesantren miliknya dari bambu. Jika membangun 10 masjid atau mushala dari bambu, Jatnika menyumbangkan satu mushala secara gratis. Impiannya adalah menyaksikan rumah bambu menjadi ciri khas utama ketika orang memasuki wilayah Jawa Barat.

Prabu Haur Kuning

Jatnika meyakini, fatwa bambu yang dulu dilontarkan oleh Prabu Haur Kuning. Prabu Haur Kuning adalah putra Prabu Siliwangi dari istri ke-11. Prabu Haur Kuning yang hanya memiliki wilayah kekuasaan seluas 1.200 depa mampu mewujudkan kesejahteraan rakyatnya dari penanaman bambu.

Tiga fatwa bambu itu menyebutkan, jika Nusantara ingin sejahtera, tidak dihinggapi penyakit menular, dan tidak dijajah, maka tiap keluarga minimal harus menanam 1.000 rumpun bambu. Melalui penanaman bambu, akan tercipta kesejahteraan, kesehatan, dan pertahanan negara.

Jatnika pribadi mengaku sangat merasakan buah kesejahteraan karena bambu. Dari penanaman 1.000 rumpun bambu betung berumur lima tahun, misalnya, dia bisa memanen 20.000 batang bambu. Dengan harga jual Rp 30.000 per batang, Jatnika sudah bisa memperoleh Rp 600 juta per panen, setahun sekali.

Nilai jual tersebut akan semakin tinggi setelah disentuh dengan keahlian, seperti dibuat menjadi kipas, sangkar burung, dan beragam alat dapur.

Tiap tahun, kata Jatnika, minimal lima batang dari serumpun bambu harus ditebang agar pertumbuhan bambu tak terhambat.

Satu rumpun bambu yang terdiri dari 50 batang mampu menyimpan 2.000 liter air. Tak heran jika orang di pedesaan biasa membuat sumur di dekat rumpun bambu.

Tinggal di rumah bambu, menurut Jatnika, juga mampu memberi kenyamanan. Resonansi dengung panjang berbunyi dari rongga bambu mampu menumbuhkan ketenangan bagi penghuninya.

”Kita ini bersaudara dengan bambu. Bunyi nggg… yang sama bisa kita dengar ketika menutup telinga dengan tangan. Itulah kenapa sangat nyaman tidur di rumah bambu,” ujar Jatnika.

Mulai sebagai penganyam

Sejak duduk di bangku SD, Jatnika sudah menganyam bambu untuk dijual. Orangtuanya berprofesi sebagai perajin bambu. Tiap malam, ketika masih memakai seragam SMP dan SMA, kepada teman-temannya Jatnika juga mengajar cara menganyam bambu serta melatih pencak silat Cimande.

Setelah kuliahnya selesai tahun 1981, Jatnika menekuni bisnis pembangunan rumah bambu sembari bekerja di perusahaan penerbitan. Ekspor kerajinan bambu mulai dijalaninya tahun 1985 ke Taiwan, dan sejak saat itu dia fokus menggeluti usaha bambu. Usaha kerajinan bambunya kala itu berkembang dengan lima sanggar di Jakarta.

Ketika ikut pameran rumah bambu di Lapangan Banteng tahun 1995, Ketua Dewan Kerajinan Nasional kala itu, Nyonya Tri Sutrisno, mengajaknya mendirikan Yayasan Bambu Indonesia. Sejak itulah Jatnika melebarkan sayap ekspor rumah bambunya. Yayasan Bambu Indonesia hingga kini masih aktif mendidik para ahli pembuat rumah bambu.

Jatnika mengaku hingga kini sudah mengembangkan 41 model rumah tradisional bambu khas Jawa Barat. Bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II, dia telah mematenkan hak cipta untuk rumah bambu semi permanen pada 2006.

Indonesia kaya dengan 105 spesies endemik asli bambu yang 95 di antaranya ditemukan di Jawa Barat. Namun, Jatnika merasa resah karena bambu masih dianggap tanaman liar, tanpa adanya penanaman yang terprogram.

Berdasar catatan Jatnika, hampir 1.000 hektar hutan bambu di Bogor ditebang dalam kurun lima tahun terakhir. Padahal, katanya, kehidupan masyarakat Indonesia tidak lepas dari budaya bambu, mulai dari keperluan bahan baku rumah hingga makanan.

Jatnika Nanggamiharja

• Lahir : Cikidang, Sukabumi, 2 Oktober 1956 • Istri : Marsidah (33) • Anak :1. Samsul Fajri2. Sundari (almarhum)3. Ratu Pertiwi4. Karisma Nusanagara5. Salmah Maksum6. Banjar Kaspaya • Pendidikan : – SD IV di Cibadak, Sukabumi – SMP I Cibadak, Sukabumi – SMA 424 Cibadak, Sukabumi – Kuliah Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta • Pengalaman Organisasi : – Ketua Paguyuban Perajin Bambu Kidang Kencana (1974-sekarang) – Pengelola atau Ketua Harian Yayasan Bambu Indonesia (1995-sekarang) – Ketua Pembina Senam Pencak Silat Cimande Hijaiah (2010-sekarang) • Penghargaan (antara lain) :Pembuat rumah bambu tradisional terbanyak dari Ikatan Arsitek Indonesia (2009)

Serumpun Bambu Sejuta Karya…

Oleh: Rizaldo

Sumber: http://sosok.kompasiana.com/ 06 January 2012 

Selasa dan Rabu pekan ini, saya berkesempatan mengunjungi sebuah kawasan hijau, rindang, adem nan teduh. Tepatnya di wilayah Sukahati, Kabupaten Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hari itu, saya mendapat tugas menelisik dunia per-bambu-an. Begitu tiba, saya pun tertegun, bisa dibilang terkagum-kagum. Begitu masuk, saya sudah disambut dengan rindangnya perkebunan bambu. Bau harum dari ratusan jenis bambu menambah sejuknya areal ini.

Ya…itulah kawasan Yayasan Bambu Indonesia, yang terletak di Bumi Cibinong Endah, Cibinong, Bogor. Di sini, di lahan seluas 11 hektar terdapat sekitar 150-an lebih jenis-jenis bambu. Misalnya, bambu betung, bambu gombong, bambu tali, bambu madu hingga bambu hitam dibudidayakan dan dipelihara di sini dengan baik, hingga tercipta sebuah bambu berkualitas.

Yang menarik, perkebunan bambu itu bukan hanya berfungsi sebagai penyejuk kerindangan, tapi bambu-bambu itu difungsikan untuk mencipta sebuah karya kreasi, atau kalau boleh saya bilang sebuah maha karya tangan kearifan lokal.

kebun bambu

“Serumpun Bambu Sejuta Karya…” Spanduk bertuliskan kalimat itu, menyambut langkah saya untuk menelusuri lebih dalam kebun bambu ini. Dan tak salah, di sini, bambu-bambu yang berkualitas baik disulap menjadi rumah bambu semi permanen yang menawan.

Seperti rumah bambu semi permanen berlantai keramik ini misalnya. Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu.

Atapnya bergaya garuda ngupuk dengan genteng ringan. Setiap sudut ruangnya semuanya serba bambu. Atau rumah bambu mungil ini. Lantainya menggunakan pelapis alas bambu yang disebut palupuh.

Rumah Bambu Semi Permanen (kiri)…Interior Rumah Bambu Semi Permanen…(kanan)

Meski dari bambu, rumah ini syarat akan pesan tradisional sunda-nya. Asri dan nuansa budayanya sangat kental. Atau gazebo kecil ini. Semua komponen tiang, reng, usuk, atap, diikat dengan sepuluh macam ikatan tali ijuk.

Tinggal di rumah bambu, salah satu manfaatnya mampu memberi kenyamanan. Dengung panjang bunyi dari rongga bambu yang dihasilkan mampu menumbuhkan ketenangan bagi penghuninya.

Rumah Bambu Tradisional…(kiri) Gazebo Bambu…(kanan)

Karya-karya apik bambu itu, semuanya berkat tangan keras kepiawaian seorang Jatnika Nanggamiharja. Ia lahir di Cikidang, Sukabumi, 2 Oktober 1956. Sejak kecil, ia tak bisa dipisahkan dari bambu. Dari kecil, ia sudah diberi wawasan, dan dibekali keahlian tentang berbagai bambu. “Bagi saya bambu telah menjadi ikatan hidup saya. Dan saya dituntut leluhur dan orangtua untuk memberikan manfaat besar kepada orang banyak,” tegasnya.

Jatnika Nanggamiharja, Maestro Bambu asal Cibinong…

Proses Pembuatan Rumah Bambu, butuh keahlian khusus…

Ia telah membangun lebih dari 3.100 rumah bambu di dalam dan luar negeri. “Saya berpikir melalui penanaman bambu, akan tercipta kesejahteraan, kesehatan, dan pertahanan negara,” ujar ayah dari 6 anak ini.

Sejak tahun 1985, ia mendirikan Yayasan Bambu Indonesia. Jatnika dikenal sebagai pengusah rumah bambu. Jatnika juga telah melatih tenaga ahli pembuatan rumah bambu. Mereka dibekali kemampuan olahraga bela diri pencak silat Cimande.

Ilmu bela diri khas Jawa Barat ini memberi bekal kekuatan sehingga mereka mampu membangun rumah bambu yang ikatannya kuat dan tahan lama hingga 20 tahun. Waooww…amazing. Tahan 20 tahun. Rumah bambu juga dikenal unggul karena tahan terhadap gempa.

Rumah bambu Jatnika sudah kualitas ekspor. Karyanya kerap dibangun di luar negeri; Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Jepang, Korea dan Timur Tengah. Di dalam negeri, pembangunan rumah bambu terus menjadi tren.

Rumah Belajar dari Bambu…

“Rumah bambu, restoran, mushola, gazebo, atau kamar belajar, dapat membuat pemiliknya merasa nyaman dan tenang,” tandasnya.

Tidak perlu besar untuk membangun rumah bambu. Yang terpenting, bambu dapat memberi citra rumah rakyat yang ramah lingkungan dan mudah dirawat. Bambu tidak mudah rusak oleh cuaca, atau serangan rayap.

Bambu memang unik dan manfaatnya banyak. Keunikan karakter bambu, jenis bambu, dan ukuran bambu mampu memberikan banyak inspirasi dan inovasi untuk berkreasi dalam pembuatan rumah bambu. Inspirasi dan inovasi yang ramah lingkungan.

Berkat bambu ini, Jatnika Nanggamiharja menerima penghargaan sebagai pembuat rumah bambu tradisional terbanyak dari Ikatan Arsitek Indonesia pada tahun 2009. “Dengan bambu, saya berharap dapat memberikan kesejahteraan kepada orang banyak,” tutur Jatnika sembari menerangkan di Yayasan Bambu Indonesia ini, Ia juga memberikan pelatihan pembuatan rumah bambu serta pembudidayaan bambu.

Ada tiga obsesi yang ingin dicapainya; 1. Ingin membangun Kampung Bambu Terpadu. 2. Ingin membangun kawasan Wisata Bambu dan Budaya. 3. Ingin membangun kawasan industri kerajinan bambu. Tujuannya,”Agar bambu tidak punah dan tidak disia-siakan masyarakat. Bambu adalah identitas bangsa ini,” tegasnya.

Rumah Bambu; Pemberdayaan Masyarakat…

Sukses bagi Jatnika adalah “Bagaimana menjadikan sesuatu yang tak berharga, menjadi barang yang berharga dan bermanfaat bagi banyak orang…,” Sekian. Salam. (rizaldo, karpetmerah 060112)

16 Responses to “Jatnika Nanggamiharja”

  1. Deti Moelyawati Says:

    asri sejuk tenamg

  2. indratmojo Says:

    kami dari Green Hilss Sumedang , dengan luas lahan 3,5 Hektar , barangkali bisa bekerja sama dalam hal pembudi dayaan bambu…

  3. Erzza Says:

    Alamat rumahnya dimana ?

  4. Erzza Says:

    Alamat yg bisa di hubungi untuk pemesanan rumah bambu

  5. sawarna Says:

    berapa per meter untuk pembangunan rumah bambu???

  6. ismail Says:

    Sy hanya mau bertanya ..apakah rumah bambu juga menjual bibit bambu

  7. abdul manan Says:

    saya senang sekali masih ada orang indonesia yg masih punya jati diri, indonesia akan maju hanya dengan kembali kepada jati diri indonesia ibarat anak panah akan melesat jauh ketika ditarik, saya dari aceh, gimana caranya saya bisa seperti bapak jatmika menjadi pendekar bambu tapi diaceh?

  8. reza geovani klavert Says:

    Apakah bambu kuat dengan air laut?

  9. Akhmad Makhbub Nafii Says:

    saya mahasiswa Arsitektur dari jakarta, ingin sekali saya bisa mempelajari lebih dalam tentang bambu, mungkin kiranya pak H. jatnika mau mengajari saya tentang bambu ?

  10. joe Says:

    Mungkin saya yg kurang gaul..adakah pengembangan program bambu di jawa tengah? Saya dari purworejo pak..ada rencana saya mau membangun komunitas bambu cuma masih butuh masukan bagaimana langkah2nya… purworejo merupakan salah satu kota di jateng yg punya sumber bambu yg banyak..namun pihak pemda sepertinya belum menyentuh secara maksimal.. Mungkin ada ide????

  11. Doddy Says:

    Salam kenal kang Jatnika,
    Suatu saat saya mau bikin rumah bambu dengan biaya seminimal mungkin sepertinya bambu cocok untuk saya.

    Salam,
    Doddy

Leave a reply to abdul manan Cancel reply